Minggu, 28 September 2014

Industreealism




Wawancara Irham N. Anshari (INA) dengan Bondan Peksojandu (BP)

INA    : Bisa jelaskan sedikit ide awal karyamu?
BP       : Idenya simpel, berangkat dari obrolan-obrolan kita tentang industri minuman kemasan dan jejamuan. Kebanyakan dari mereka menggunakan jargon yang tipikal dari alam. “Pure Water Natural Life" (Amidis), “Alaminya Berikan Semua Kebaikan" (Teh Gelas), “Khasiat Alam Keahlian Modern" (Kiranti), “Persembahan Dari Alam" (Teh Kotak), dll. Beberapa contoh slogan yang menitikberatkan pada sumber bahan baku, yaitu alam.
INA     : Menurutmu apa wacana umum yang membuat mereka ramai memasukkan unsur "alam" dalam jargonnya? Apakah untuk menutup dari kenyataan bahwa produk industri itu tidak alami?
BP       : Sepertinya begitu, walau bertentangan , industri dan alam dekat sekali hubungannya, saking dekatnya mereka mencoba mendamaikan diantara keduanya
INA     : Misalnya mendamaikan bagaimana?
BP       : Maksudnya mendamaikan biar tidak terlihat adanya pertentangan. Apa ya istilahnya,
mengakurkan mungkin.
INA     : Misalnya bagaimana pada prakteknya? "alam" kan dipakai sebagai jargon industri tadi. Kalau produk-produk alam sendiri kan nggak pernah pakai jargon industri (misal jamu yang dijual mbok-mbok), atau nyambung juga?
BP       : Untuk yang industri skala besar terlihat pada gambar saya, pohon bagian atas. Untuk industri kecil yang lebih alami ada di pohon bagian bawah. Semua memanafaatkan alam.
INA     : Kalau industri skala kecil menurutmu gimana prakteknya?
BP     : Industri minuman paling kecil, contohnya es jeruk di angkringan. Sehat dan minim limbah .
INA     : Kalau untuk industri kecil, misal jeruk, kan industri dibangun dengan memakai bahan baku dari alam tanpa merusak alam. Kalau yang industri besar menurutmu bagaimana?
BP       : Secara besar-besaran maka akan merusak alam dan produknya merusak tubuh kita. Kemasan-kemasan minuman instan turut menyumbang kenaikan polusi limbah plastik. Belum lagi dari limbah selama produksi yang dihasilkan.
INA     : Balik lagi ke pernyataan pertamamu, berarti kalau pada pakai jargon "alam" itu semacam "ngapusi" ya atau menutup dosa?
BP       : Semacam membuat opini menurutku sih. Contoh, "duh pengen es jeruk ki", terus orang tersebut  beli buavita rasa jeruk, karena lagi ada di supermarket. Agar orang itu menganggap produknya kepanjangan tangan dari alam dan berpikir "toh sama aja, ini malah lebih praktis". Mungkin opini "sama aja" yang pengen dibentuk dari pihak produsen.
INA     : Fokus perhatianmu ke cara industri menggunakan jargon "alam".  Kalau dalam gambar ada simbol-simbol yang kamu pakai?
BP       : Dari bawah ke atas, bisa industri dari masa ke masa atau industri kecil ke besar
pada dasarnya semakin besar dari masa ke masa.
INA     : Kenapa memilih medium drawing hitam putih?
BP    : Mungkin sebagai kamuflase antara pohon dan bangunan-bangunan yang menempelinya


----------------------------------------------------------------------------------------------------

Bekas mahasiswa psikologi, pecinta lawan jenis dan desain grafis, bystander peradaban, aku BONDAN PEKSOJANDU, dukung aku ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar